nanar

kala mencengkam
mestaan pora dalam hujah
tuil demi tuil binasa
sampirlah semata
kata mencekal

Kecemasan

Saya biasa cemas, mencemaskan diri sendiri, mencemaskan tentang keluarga, mencemaskan masa depan, dan sebagainya. Kecemasan ini semakin menggerogoti dari waktu ke waktu. Kalaupun sesaat bisa saya atasi, kecemasan itu hanya menjadi bahaya laten yang suatu saat akan mencengkeram saya lagi.

Kecemasan ini diperparah oleh kelalaian saya dalam banyak hal, kemudian oleh kegagalan saya dalam mengatasi kelalaian itu. Karena sadar bahwa menyalahkan keadaan berarti menyalahkan Allah, saya pun menjerumuskan diri dengan menyalahkan diri sendiri. Allah Maha Adil. Semua hal buruk terjadi gara-gara kelalaian saya sendiri.

Mulai Maghrib tadi saya diserang kecemasan lagi dan mata ini masih berat karenanya.  Alhamdulillah di antara sesak yang mengimpit saat itu saya ingat Allah dan menyadari kesalahan saya. Selama ini saya mencari sandaran di dunia untuk kecemasan saya, padahal Allah selalu ada. Kerinduan yang luar biasa kepada-Nya menarik saya untuk mengambil kertas dan menulis nama-Nya. Saya pun sadar betapa lamanya saya tidak melakukan ini. Menulis dan melihat nama Allah tertulis memberikan kekuatan tersendiri kepada saya. Maka saya lanjutkan menjadi Allahu Akbar dan Bismillah, kemudian Al-Fatihah.

Lama-kelamaan saya paham. Sesungguhnya ini sederhana saja dan seharusnya saya sudah menyadarinya sejak dulu. Bila saya ingin mengadu, Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu ada untuk kita. Bila saya butuh jawaban, Allah yang Maha Bijaksana telah menurunkan Alquran untuk kita. Maka nikmat apakah yang kau dustakan?

Dua jam kemudian saya tersenyum semata karena-Nya.

A Brief of My Comeback in Fiction Writing and Margarita

2011 was a remarkable year. I enjoy the fact that I've been in my way to come back writing fiction after the disastrous 2010, haha. I've been focused on fantasy, however, for it's been my passion since I was a little girl. I submitted my pieces to three short story contest: LMCR, 2011 Fantasy Fiesta, and Vandaria. I managed to be in the top 200, top 100, and top 3 consecutively. I actually participated in another contest, but I won nothing *gulp* so let's not talk about it ;)

From these contests, I met new people--most of them are young writers with strong passion in writing fantasy. Among their stories, I was most attracted to "Selamanya Bersamamu" written by Fachrul Razi. The piece has a strong character, which is a mad female villain trapping her so-called lover, Richter, in her very own realm of hell. This is how Fachrul's beloved Margarita illustrated by Reinhard Perkasa.

I bet NOW you can see why we adored her so much. Fachrul gave me a poster of this illustration when we first met at the 2011 Indonesian Readers Festival. If you want to know more about Margarita, then, please purchase this book (look below). Fachrul's "Selamanya Bersamamu" had the priviledge to be published in it with 17 others of the top contestants plus 3 of the judges.

I already have one, of course. Margarita's sister, Fachrul's yet another epic character Josephine Armster, would likely appear in the "coming soon" book compilation of Vandaria's top stories (probably 20 pieces as well?) with Melviola from my story which won the contest. Josephine Armster is unique but I still prefer Margarita in many ways. Therefore, I was so excited when Fachrul offered to make Margarita intervewed Melviola. Even in such a supposedly simple conversation, he could make one that was not less spine-chilling. No wonder he is called King Awesome, after all. Thank you, King!

Check the interview here.

Check Melviola's story here.