Showing posts with label life. Show all posts
Showing posts with label life. Show all posts

Friday, September 18, 2015

My Grateful List and Strength List

No comments:
A few hours ago I wrote about making the grateful list and my strength list. The grateful list shouldn't be difficult, but I shall not write too much here to avoid showing off. However, I find it hard to make my strength list, especially after I suffered a loss of confidence for the last two years. Well, I should just try.



My Grateful List

  • I am healthy.
  • I have achieved some of my dreams.
  • I am on my way to achieve some of my dreams.
  • My family is healthy and getting better at some things.
  • I am a PhD student with some experience in not one, but two industries.


My Strength List

  • I am bright. 
  • Indeed I am poor at some skills, but I am sure I can learn new things and be good at it.
  • I know how to learn new things.
  • I have learnt to cope with many challenges in life.
  • I have a better understanding of how myself and people work (a.k.a. a wisdom, to some extent).
  • I know how to network; I just need to cultivate my interpersonal skills.
  • I am awesome.


Alhamdulillah.

New Effort, Last Effort

1 comment:
Years ago, in early 2007, I had a freelance work on a book about a girl fought her way out of depression. That was my first time confronting this issue. I learned about depression from her stories, and I remember thinking I can relate to her struggle to some extent. But back then I didn’t consider the possibility seriously, perhaps because I wasn’t losing myself, perhaps because I still can handle it.

Between 2008 to 2010, I had moments when I just wanted to disappear. Accepting the fact that I failed to study abroad costed me three days zombie-ing in my room. And my family’s undergoing turbulent challenges put me—all of us, indeed—in constant stress. All I wanted was to go to school again.


I started graduate school in 2010 and things declined steadily. Some of my friends were young women dreaming of a happy marriage—one of the reasons why I wanted to study abroad, avoiding this kind of talk. I started PhD classes in 2011, a nervous little girl among experienced lecturers and researchers. Soon I realized that a PhD thesis was beyond my league. And I had to work. And that’s just the tip of the iceberg.


Tuesday, June 23, 2015

Cosplay Recommendations for Muslim Girls

2 comments:

I'm not sure if cosplaying is my new hobby, but I keep thinking of next costumes. I have just done two costumes: Katara (Legend of Aang) and random-Jedi (Star Wars). I can say that people hardly notice a hijabi cosplayer, since modifications on the costume makes its typical features less visible. However, I will not prioritize cosplay than hijab, so I observe the following principles in creating my costumes.
  • clothes are loose enough
  • headscarf covers me properly
  • at least half of my thighs are covered by skirt (or some kind of)
  • costume is practical enough to be worn on daily activities
Well, the last point is not relevant to hijab; it's more because I don't want to waste my money on something I'll only wear a couple of times a year. And I'm happy to have something unique without attracting attention of commoners. To make me stop thinking of possible costumes, I decide to list it here.


1. Disney Princesses

I think they are obvious options. Most Princesses have official long dresses that need minor modifications (just cover the shoulders and add a headscarf). My favorite is Merida, and her hunting dress is on my next-cosplay list. If only dark teal fabric is not difficult to find...


The blue dress is pretty, but not practical, and I'm not skilled enough to make patterns.

Tuesday, June 9, 2015

Panjang Kain, Jenis Kain, dan Toko Kain Online (untuk Membuat Baju)

36 comments:

Sejak berhijab, saya kesulitan menemukan baju yang cocok untuk saya. Saya tidak suka memakai gamis, sementara rok panjang menyulitkan gerakan saya. Di sisi lain, saya tidak bisa memakai baju sepinggang (walaupun lengannya panjang). Baju sepaha sulit ditemukan; di mal sedikit saja merek yang biasa membuat baju yang berlengan panjang dan sepaha (salah satunya DUAL). Selain itu, harganya agak mahal. Kalau saya tunggu sampai diskon besar, pilihannya semakin sedikit. Untuk membeli baju yang murah, saya disarankan mencari baju di pasar, tapi saya malas ke pasar dan kalau terlalu murah kualitasnya kurang bagus. Maunya banyak ya, hahahaha.

Oleh karena itu, belakangan ini saya sering membeli kain dan pergi ke penjahit untuk membuat baju sesuai keinginan saya. Baju pertama yang saya buat sebenarnya untuk keperluan cosplay (meniru tokoh fiksi), lalu saya membuat baju-baju lain untuk keperluan sehari-hari. Sebagai orang yang buta soal jahit-menjahit, semula saya bahkan tidak tahu nama kain dan sebanyak apa kain yang saya perlukan. Jadi saya pikir, karena sekarang saya tahu sedikit, ada baiknya saya tulis pengetahuan saya untuk membantu orang lain yang ingin membeli kain dan membuat baju sendiri (di penjahit) untuk pertama kali. Sebelum itu, saya berterima kasih banyak kepada teman-teman yang meladeni pertanyaan-pertanyaan saya sewaktu masih buta dulu.

Sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit ^^;
Banyak di antaranya cuma perca, tapi tetap saya simpan


Kantor saya di dekat Pasar Tanah Abang, tapi saya pernah hampir kecopetan di sekitar situ dan saya tidak gesit saat berbelanja. Maka saya memutuskan jalan terbaik adalah membeli kain di toko online. Saya membaca artikel tulisan teman saya tentang belanja kain katun online, artikelnya tentang kain linen dan katun impor, dan beberapa sumber lain tentang jenis-jenis kain. Ibu saya menyarankan agar saya membeli katun jepang. Pertimbangannya: warna katun jepang lebih bagus daripada katun lokal dan harga katun jepang lebih murah daripada katun impor. Petualangan saya pun dimulai dengan katun jepang.
Di artikel ini saya akan menjelaskan sedikit-sedikit tentang
- panjang kain yang diperlukan untuk membuat baju,
- jenis-jenis kain yang cocok untuk membuat baju,
- rekomendasi toko online.

Monday, January 19, 2015

Resep Makaroni Brokoli Mayones

2 comments:
Sebulan lalu fanpage komik Arigato Makaroni membuat lomba fanart (karya penggemar). Salah seorang teman saya, pemilik fanpage Cooking Mama Stall membuat infografis resep makaroni brokoli yang kelihatannya enak sekali. xD






Singkat cerita, saya ingin membuatnya. Saat membeli makaroni, saya melihat Mayumi (mayones) punya rasa baru: pedas. Jadi, cocok tidak cocok, saya merasa harus mencampurkannya dengan makaroni brokoli yang akan saya buat, huahahaha.


Bahan:
  • makaroni, satu porsi dua genggam
  • brokoli, potong kecil-kecil
  • keju kotak diparut atau keju lembar dipotong-potong
  • mayones
  • garam
  • lada hitam (bisa diganti merica)

Hari-hari Cumi-cumi

15 comments:

Beberapa hari lalu, karena sedang bosan dengan masakan warteg, saya pergi ke penjual sayur agar bisa masak sendiri. Sepertinya sudah waktunya saya coba masak sesuatu yang baru, jadi saya beli cumi-cumi... setengah kg (11 ekor cumi-cumi sedang). Banyak sekali, hahaha, semestinya saya beli seperempat kg saja. Yasudah, saya cari wadah untuk menyimpan cumi-cumi dan memasukkannya ke dalam laci kulkas. Saya mencari beberapa resep dan bertekad menghabiskannya dalam 3 hari, walau ternyata baru habis pada hari ke-4. Sebaiknya 2 hari saja cumi-cumi disimpan di kulkas, tapi 4 hari tidak apa-apa kok.

Beberapa hidangan cumi-cumi yang saya incar berdasarkan hasil pencarian dan usul teman-teman:
  • cumi masak hitam
  • nasi goreng hitam
  • sapo tahu seafood
  • spageti cabonara
  • calamari ring
  • bakwan dan peyek cumi-cumi
  • cumi-cumi asam manis
  • sayur tumis cumi-cumi

Tentu tidak semuanya berhasil saya masak. 11 cumi-cumi tidak cukup untuk memasak semua itu (kecuali dihemat banget ya), tapi sudah cukup membuat saya kewalahan (makan cumi-cumi sampai bosan). Untung pada dasarnya saya suka hidangan laut.

Saya belum pernah memasak binatang utuh. Selain malas membersihkannya, saya agak takut melihat matanya, haha.
A photo posted by Melody Violine (@melodyvioline) on

Saturday, January 10, 2015

Resep Sup Miso

4 comments:

Akhir tahun lalu ibu saya mendapatkan oleh-oleh dari tetangga yang pramugari berupa bumbu miso. Saya tahu sup miso adalah santapan sehari-hari orang Jepang, tapi belum pernah memakannya di sini. Ibu saya memasaknya dengan kacang merah dan otak-otak... sepertinya kurang cocok (tapi saya suka kacang merah dan otak-otak, jadi saya tetap makan banyak).



Saya bawa dua bungkus bumbu miso ke kosan dan mencari tahu sup miso yang sebenarnya seperti apa. Saya tidak bisa menemukan (atau kurang rajin mencari) bahan-bahan idealnya, jadi saya ganti-ganti sedikit, walau akibatnya sup miso saya menjadi agak "Indonesiawi", hehehe. Kebanyakan bahannya tidak ada di tukang sayur sih. Cara masak saya juga sepertinya tidak ideal, hahaha, tidak apa-apa, yang penting hasilnya enak di lidah sendiri.


Saturday, October 4, 2014

Sindrom Asperger

5 comments:
For a reason, I translated some articles about Asperger's Syndrome to Indonesian (with a few adjustments). I simply think posting them will help some Indonesian parents who can't read English very well. If you are the owners of the articles and you want me to remove this post, please tell me.


Wednesday, July 30, 2014

Tentang Jodoh

No comments:
Dalam suasana hari raya seperti Lebaran, para lajang dewasa muda dihadapkan kepada pertanyaan "Kapan nikah?". Jarang saya menemukan teman yang bersemangat menanti pertanyaan ini--biasanya "Kapan nikah?" dianggap pertanyaan menyebalkan yang diajukan oleh orang-orang tidak peka. 



Saya sendiri tidak perlu khawatir, karena kapan pun jarang sekali pertanyaan ini diajukan kepada saya. Orang-orang yang cukup mengenal saya tahu bahwa saya sedang kuliah ("Bagaimana kuliahnya?" dan "Kapan lulus?" lebih sering diajukan kepada saya). Orang-orang yang kurang mengenal saya biasanya tidak sadar saya sudah berusia dua puluhan--ini salah satu keuntungan berpenampilan (dan bertingkah) jauh lebih muda daripada usia, hahaha.

Thursday, July 17, 2014

About Beauty and Beautiful Songs About It

1 comment:
One of my all-time favorite song is Unpretty by TLC. I saw it first when I was 11 or 12 in MTV. Even though my English listening skill was very limited back then, I could understand what the girlband was trying to say through the song.
Never insecure until I met you
Now I'm being stupid
I used to be so cute to me
Just a little bit skinny (Unpretty - TLC)


(Unpretty - Glee Cover)


Girls are burdened with expectations for their appearance. Beauty salon, diet program, make-up, fashion, cosmetic surgery are exist to fulfill the so-called girls' need for being pretty. The thing is, why do they feel unpretty? It's because they see people who "speak" about how the girls don't live up to the requirements to be pretty.

Friday, May 16, 2014

About Beauty and Why I Gave Up On It

4 comments:
I am not what beauty products and tv shows would refer as beautiful in their campaign. Dark skin, curly hair, too wide eyes, big round face, wide forehead are not listed in the stereotypical features of beauty. At least that was the trend during the first 20 years of my life (still apply for most of them nowadays, though).



Some of you might think it's ironic that a supermodel was who make me finally understand that I am indeed beautiful. But it was Tyra Banks and her American Next Top Model who showed me that women who look like me could be approved as very beautiful by those who are most critical about visual beauty.

And when I believe I'm beautiful, I decided to cover it.

I am a muslimah (feminine noun for "someone whose faith is Islam"). In Quran, muslimahs are instructed to cover their heads with veils (khimar) and their bodies with loose clothes (hijab). However, I don't wear them only for Allah. I wear them also for myself and all women in this world.


Saturday, December 14, 2013

Jurus Anak Kos 1: Memasak

10 comments:
Beberapa hari belakangan ini saya masak lagi, padahal sudah lama mengandalkan warteg dan rumah makan walaupun selalu masak nasi dengan penanak nasi. Gara-garanya suatu pagi saya menengok jam: hampir jam 6 pagi. Di memori saya ada catatan: kalau mau kebagian beli jamur, datang ke warung paling lambat jam 6 pagi. Timbullah kerinduan terhadap jamur tiram. Saya segera berganti baju dan 10 menit kemudian kembali ke kosan dengan... sekantong belanjaan.
Ini nih yang bikin kangen masak :3
Karena saya masih sendiri, saya tidak termotivasi mengasah kemampuan memasak. Setidaknya, berkat tinggal di kos mulai 2007, kemampuan memasak saya dari nol menjadi "survival" (sekadar untuk bertahan hidup). Berkat kos sekarang yang dapurnya lebih,bagus daripada kos pertama dan kedua, kemampuan memasak saya naik tingkat menjadi "edible" (bisa dimakan). :))
Nasi goreng manis asem asin x)

Saya maunya masak yang praktis-praktis saja, toh yang makan saya sendiri dan saya bukan pemilih dalam hal makanan. Pada tingkat survival, saya memasok bumbu-bumbu jadi buatan pabrik. Sekarang saya memasok bumbu-bumbu bubuk seperti keluaran Kupu-Kupu. Bumbu bubuk yang harus selalu ada adalah Bawang Putih, Ketumbar, dan Lada Hitam. Sayangnya, tidak ada bawang merah bubuk dan saya terlalu suka bawang bombay dan daun bawang, jadi saya masih pasrah mengupas dan memotongnya.


Sup random
Bahan makanan kesukaan saya untuk memasak adalah apa saja yang tinggal dipotong (tidak perlu dikupas) dan murah. Bahan-bahan yang paling mungkin masuk kantong belanjaan saya adalah tahu, kacang panjang, taoge, jamur, tomat, sawi, dan kol. Saya suka sekali kentang, wortel, dan jagung, tapi saya malas mengupasnya, jadi jarang-jarang saja deh.


Kangen mashed potatoes D:



Masakan yang paling sering saya buat (di samping telur ceplok/dadar/orak-arik/rebus) adalah nasi goreng, tumis, sup, dan tahu/tempe/jamur goreng/krispi. Variasi tumis dan sup saya tidak banyak, tergantung bahan yang sedang ada saja saya masukkan. Kalau sedang mau repot, saya masak capcay atau bihun goreng. 

Nanti kalau ada motivasi baru, semoga kemampuan memasak saya bisa naik tingkat lagi. ;)

Friday, December 13, 2013

Kembalinya Semangat Blogging berkat Kontes Srikandi Blogger

8 comments:
Blog pertama saya diluncurkan selepas saya lulus kuliah tingkat sarjana, yaitu pada awal 2009. Setelah sepanjang kuliah terbiasa menulis, saya pikir ada baiknya saya tetap menulis untuk berbagi pengalaman dengan teman-teman. Mungkin saya kemudian lebih senang mengutik-utik blog karena pada akhirnya saya mempunyai banyak blog dengan isi sedikit-sedikit, termasuk blog bahasa dan sastra, blog ulasan buku, blog terjemahan saya, kompasiana, dan lain-lain.

Kalau blogwalking, saya jarang melakukannya. Namun, saat mencari informasi di dunia maya sering kali menemukannya di blog-blog pribadi. Biasanya informasi yang saya cari itu menyangkut bahan terjemahan atau cerita yang sedang saya tulis.

Dua tahun belakangan ini saya jarang mengisi blog-blog saya karena kebutuhan menulis sudah tersalurkan lewat kuliah saya di tingkat pascasarjana, juga lewat pekerjaan saya mengisi newsletter dan website Vandaria. Bahkan, saat saya dijebloskan ke sebuah blog reporter oleh seorang teman, saya tetap malas menulis untuk di luar pekerjaan. Bagaimanapun, keinginan untuk menulis itu selalu ada. Sehabis mengalami, membaca, menonton, atau memikirkan sesuatu, kata demi kata bergandengan dan merayap di dalam benak saya. Sering kali saya keluarkan mereka lewat media sosial, tapi kecil saja kepuasan yang saya rasakan sesudah menulisnya.
Sejarah adalah guru kehidupan dan tulisan adalah salah satu sumber rujukan sejarah
dan blogging adalah salah satu bentuk penulisan ;)

Saya baru tergerak untuk kembali meramaikan blog pribadi saat melihat pengumuman Srikandi Blogger tahun 2014. Pada awal tahun 2013 saya sudah melihat kemeriahan kontes ini dari partisipasi Kak Dina Begum, Kak Octaviani Nur Hasanah, dan para peserta lain yang kebetulan ada di linimasa saya. Saya sadar blog saya sepi karena tulisan saya memang tidak banyak dan malah tersebar di mana-mana. Tapi masih ada waktu, kendati sempit, untuk mengisinya lagi. Benar saja, pada hari saya menetapkan hati untuk ikut, saya langsung menulis tiga pos.

Rasanya masih jauh sekali untuk saya menjadi 50 besar Srikandi Blogger 2014, tapi saya berterima kasih atas semangat yang kontes ini berikan kepada saya.

Saturday, May 25, 2013

In Memoriam: Rocky, the Lost Cat

No comments:
Lost and hungry I was
a cat barely more than one month old
Cold and afraid I was
in this world I hardly knew of


"Where is my mom?
Where am I?
Where is the sun?
I want to cry..."

and some hands found me
with food they fed me
in a box they put me
and finally I fell asleep

keep me inside they couldn't
but I had no worry
let me alone they wouldn't
here's a sister for me



we shared the box at night
we shared the food at day
we played in the beautiful park
we played under the plastic chairs

but...
for me, Rocky the lost cat
they've found a new family
I couldn't believe that
I thought you are my family


       hush, our little one
       we have to leave you to better hands
       so ahead there would be brighter days
       for you, Rocky the lost cat



(second, fifth, and sixth pictures are @rainrina's; the rest are mine)

Sunday, January 27, 2013

Terima Kasih :)

No comments:




Assalammua'alaikum.

Alhamdulillah... sudah jalan tiga bulan saya berkerudung. Terima kasih sebanyak-banyaknya teman-teman semua yang mendukung saya. Bila saya memegang atau memakai kerudung, sering saya teringat siapa yang memberikannya, lalu dilanda perasaan bahagia sekaligus bersyukur. Artikel ini tidak ditulis dengan maksud riya; ini laporan kecil untuk teman-teman yang sudah membantu saya. Insya Allah semuanya bermanfaat.

Sebenarnya sudah lama sekali saya ingin berkerudung, tapi selalu kalah oleh godaan. Sungguh, buktinya sejak dulu mengumpulkan bros untuk nanti jika sudah siap (bukti yang dicari-cari ini sih :p). Tapi ya begitu... bros saja yang dikumpulkan, sementara timbunan buku bertambah tinggi dan panjangnya. Walaupun saya bukan fashionista, kalau saya berkerudung dengan punya kerudung sedikit saja, saya bayangkan saya akan sedih karena memakai kerudung yang itu-itu melulu, huhu. Maka saya manfaatkan ulang tahun saya akhir tahun lalu untuk mengumpulkan kerudung.


Selain menodong dua teman dekat, saya membuat status di Facebook kira-kira begini: "Teman-teman, besok saya ulang tahun. Kadoin saya kerudung dong." (Sekarang saya malu kalau ingat ;p mohon maaf saya sudah merepotkan.) Saya tidak berharap banyak, tapi dalam waktu singkat sudah delapan orang mengiyakan dan jumlahnya terus bertambah. Bahkan, enam jam kemudian saya memutuskan untuk menghapus status itu karena takut menjadi trending topic (eh, mana ada trending topic di Facebook).


bersama teman sesama penerjemah
kerudungnya dari teman sesama penerjemah juga ;)

Hal yang paling membuat saya takjub adalah sebagian teman-teman yang baik hati ini belum pernah bertemu saya, hanya pernah bertemu sekali, pernah bertemu tapi sedang tinggal di pulau lain, perempuan yang belum berkerudung, dan... laki-laki. Tidak, laki-laki itu tidak berkeliling di toko/mal/pasar demi mencarikan kerudung, hehehe. Kebetulan satu orang memang mempunyai bisnis pakaian, satu orang lagi ibunya mempunyai toko pakaian. Pokoknya setiap kerudung baru datang, saya senang senang senang. Ada juga teman yang memberikan manset dan dalaman kerudung. Ajaibnya, dua hari setelah saya berpikir Pengen punya baju tunik panjang T.T, muncul paket berisi dua baju tunik (pikiran tadi tidak saya utarakan kepada siapa pun, tapi ternyata ada kakak cantik yang sudah menyiapkannya).


kerudungnya berantakan dan bajunya terlalu rame =))
btw, ini kerudung keren... nggak perlu disetrika udah keliatan mulus

Pada minggu pertama hampir setiap hari kado datang. Uni Rita dan teman-teman kosan juga membantu saya belajar menatanya. Pertama-tama kerudung saya masih berantakan, tapi sekarang sudah lumayan. Melihat saya berkerudung, orang-orang memberikan tanggapan baik, termasuk dari teman-teman yang bukan muslim. Banyak orang pangling, memang, tapi tidak ada komentar negatif. Banyak juga yang bertanya, "Ada apa sekarang memakai jilbab?" Jawaban paling sederhana: "Yah, sudah waktunya." Jawaban kesukaan saya (sayangnya hanya sempat dipakai satu kali): "Kalau 21 Desember (2012) jadi kiamat kan saya udah berkerudung." << bercanda



Mengutip kata teman kosan saya, keadaan saya seperti mualaf yang sedang disenangkan hatinya x) Dibandingkan muslimah Prancis yang dihalangi negara atau muslimah negara lain yang dituduh macam-macam oleh orang-orang sekitarnya, berkerudung di Indonesia sangat mudah walaupun memang masih ada hambatannya. Semoga jalan kita semua untuk berkerudung selalu dimudahkan oleh Allah.

Saya sertakan foto-foto saya berkerudung sebagai permohonan agar foto-foto saya sebelum berkerudung tidak digunakan lagi dengan media apa pun. Tapi memang belum ada foto saya sendirian yang bagus... kalau sudah ada, nanti saya unggah lagi deh ~ ~ (")>

Wassalam.

Thursday, April 19, 2012

Kecemasan

5 comments:

Saya biasa cemas, mencemaskan diri sendiri, mencemaskan tentang keluarga, mencemaskan masa depan, dan sebagainya. Kecemasan ini semakin menggerogoti dari waktu ke waktu. Kalaupun sesaat bisa saya atasi, kecemasan itu hanya menjadi bahaya laten yang suatu saat akan mencengkeram saya lagi.

Kecemasan ini diperparah oleh kelalaian saya dalam banyak hal, kemudian oleh kegagalan saya dalam mengatasi kelalaian itu. Karena sadar bahwa menyalahkan keadaan berarti menyalahkan Allah, saya pun menjerumuskan diri dengan menyalahkan diri sendiri. Allah Maha Adil. Semua hal buruk terjadi gara-gara kelalaian saya sendiri.

Mulai Maghrib tadi saya diserang kecemasan lagi dan mata ini masih berat karenanya.  Alhamdulillah di antara sesak yang mengimpit saat itu saya ingat Allah dan menyadari kesalahan saya. Selama ini saya mencari sandaran di dunia untuk kecemasan saya, padahal Allah selalu ada. Kerinduan yang luar biasa kepada-Nya menarik saya untuk mengambil kertas dan menulis nama-Nya. Saya pun sadar betapa lamanya saya tidak melakukan ini. Menulis dan melihat nama Allah tertulis memberikan kekuatan tersendiri kepada saya. Maka saya lanjutkan menjadi Allahu Akbar dan Bismillah, kemudian Al-Fatihah.

Lama-kelamaan saya paham. Sesungguhnya ini sederhana saja dan seharusnya saya sudah menyadarinya sejak dulu. Bila saya ingin mengadu, Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang selalu ada untuk kita. Bila saya butuh jawaban, Allah yang Maha Bijaksana telah menurunkan Alquran untuk kita. Maka nikmat apakah yang kau dustakan?

Dua jam kemudian saya tersenyum semata karena-Nya.

Tuesday, April 5, 2011

Describing My Feelings in NSM

1 comment:
"I wanted something good to happen to me
I know now: this thing will not happen to me
I feel bad because of this"

note: NSM (Natural Semantic Metalanguage) is developed by Anna Wierzbicka.

Sunday, March 20, 2011

In Memoriam of Asep Sambodja

No comments:
It was about 100 days ago when I heard the worst news in my life. My undergraduate academic supervisor, Mas Asep Sambodja, had just passed away. I felt nothing back then, for maybe the news wasn't unexpected and, paradoxically, deep in my heart I didn't believe it. Mas Asep had been sick for over one and a half year. He suffered intestines cancer--an inheritance from his days as a journalist (that's why I WON'T be a journalist EVER). I also had heard that a doctor had said there had been no hope for him, that he had been only biding his time.

But for a while in 2009, he had recovered from his illness. He had had a difficult surgery in Jakarta, but he had survived. He had regained some weight and had gone to the university again, finishing his research--of which I helped him translating into English. Thus, when Mas Asep got very sick again, I always believed that such miracle would happen again, that I would see him again, healthy and full of life. And for the first few days of his death, I still thought that he were just away looking for a cure to his illness in other cities, I still believed that he would come back.



Mas Asep was my lecturer, my teacher, my friend, and the closest person to a father to me. He's the one who was always proud of me, always believed that I could be everything, always thought that I was a terrific writer even though I was sure I was horrible instead. Now I still have to spend three or four years ahead studying in the university, and it's hard for me to think that he wouldn't be around, that I wouldn't be able to tell him about what I'm going to do this semester and the next, that he wouldn't be there to tell me what he's doing for Indonesian literature.

Of all the things I regret having not told him about is thank you, I'm so grateful that you were there. However, the greatest thing about being left by a writer and a poet is I have many pieces of him in form of books, poems, and online notes that I can read whenever I miss him. Even his wife, Mba Yuni, still go online with his Facebook dan Yahoo! account every now and then so I can always pretend that he's still there. But now I know that I have to accept the fact that he's gone and I have to pray for his well-being in the afterlife. And the fact that it's time to say good bye.

Saturday, May 22, 2010

GRE Issue Task 3

No comments:
I made this issue myself.

The existence of social networking sites such as Facebook and Twitter has led to various criminal acts, especially to teenagers. Therefore, such sites should be banned completely from the Internet.

The speaker stated that social networking sites should be abolished for its risking the safety of us and our family. I assert that this strong opposition is based on tangible reasons, but stripping these sites from our life forever is unnecessary. In that case, I propose the idea that this risk is preventable and we can live side by side with them in peace if we know how to do it.

To begin with, I will provide you with a brief elaboration on what “risk” means in this issue. Some people believe that as you joined these sites, you exposed your identity. Facebook is full of advertisements craving for not only the users’ eyeballs, but also specific details about them—yes, about you! These preys have a wide range of tricks to manipulate you to give them your identity as well as your friends’. There are those fascinating applications, namely quizzes, games, and groups who can obtain an access to your profile and use it for their ends. I think it is still insignificant, of course, when their intentions are to use this information as their research for a new product or to attack you with a whole lots of other product campaigns. The problem is what about if such tricks are used by deliberate villains? These malign individuals might find out where their potential victims live, when they go to school, what do they like, and then they might create a perfect plan to lure them out to the real world. That is how we ended up having a portion of undesirable news about kidnapping, rape, fraud, and even murder stemmed from these sites some people cannot live without.

As a counter-attack, I would like to point that Facebook has a privacy setting, as well as other sites in this category do. Any member can protect themselves from anyone, including those in her own Facebook friend list, prohibiting undesired and unexpected parties to take a peek on her photos, notes, profile information, and others. Even if you do not touch the privacy setting, you do not have to share genuine specific information about yourselves. Just use a nickname and go tell your friends that it is you by the private message service or when you see them offline. In addition, the applications’ sharing your identity always asks your permission to do it. If you want to be safe, you can simply ignore them.

Nevertheless, I regret to admit that some users are not aware of this rule, and hence their very private identities are viable to random people. This incognizance is caused by the complicated items in the privacy setting. These ignoramuses just want to have some fun, and reading the “cryptic” explanation hurts their delicate brains. Another possibility is they do not have any idea that this setting exists because there are those young users interacting in Facebook or Friendster as their first online experience.

What should be done, then? The U.S. Senators have urged Facebook to simplify their rules and setting, but it is not only the Facebook administrator team’s job to ensure our young people are safe. Parents and teachers have the same obligation to raise online safety awareness among teenagers, to explain the rules and consequences to them, and to forbid those under sixteen years old to maintain an account in these sites. In the end of the day, social networking sites will remain exist with minimum risk.

Sunday, April 4, 2010

April 2010

2 comments:
I had to say goodbye to (my dreams of) Oxford and Cambridge University. However, I'll keep fighting :)

Labels

life (37) hobby (22) movie (21) review (20) GRE (16) poem (12) study (12) work (11) game (8) social (8) translation (7) business (6) dream (6) economy (6) novel (6) music (5) Facebook (3) friendship (3) linguistics (3) manga (3) marketing (3) self-actualization (3) IELTS (2) language (2) money (2) culture (1) gender (1) leadership (1) literature (1) name (1) peace (1)