Perjalanan menuju gedung kuliah mempunyai perbedaan pada semester ganjil dan genap.
Terutama bulan September, semester ganjil berarti jalurku
dihiasi titik-titik putih. Banyak titik putih itu di tanah, di trotoar, di
jalur sepeda. Kadang-kadang juga mereka sedang melayang turun dan aku bisa
mengejarnya bagai kanak-kanak mengincar serangga. Bila banyak titik putih itu
sedang terombang-ambing turun, aku berandai-andai sedang mengalami hujan salju.
Kalau aku mendongak, aku bisa melihat asal-usul “salju” itu
bukanlah awan di langit. Pohon-pohon kurus diganduli biji-biji kapuk yang sudah
penuh. Gumpalan kapas melesak keluar dari cangkangnya dan sedikit embusan angin
sudah cukup untuk melepaskan bagian-bagian kecilnya. Bagaikan bibit dandelion
yang mencari rumah baru, titik kapas membiarkan dirinya terbawa angin. Sementara
itu, kubiarkan benakku menikmati suasana ini hingga gedung kuliah masuk
jangkauan penglihatanku.
Kini Januari, penyambung semester genap kala biji-biji kapuk
masih kurus. Ada titik-titik lain yang menyertai perjalananku kali ini. Aku harus
melangkah dengan lebih berhati-hati, menghindari kumpulan titik itu di tanah. Kalau
aku mau menangkapnya, aku cukup mengulurkan tanganku dan menunggu jari-jariku
basah.
Aku berusaha mengusir kesenduan yang membuntuti hujan. Dunia
memang menjadi kelabu karena titik-titik air membentuk tirai tipis yang
menghalangi pandangan. Tapi aku bisa mengandaikan diriku berada dalam lukisan. Apa
yang akan kutemukan di ujung jalan nanti? Pemandangan gedung kuliah bertirai
hujan menantiku.
Bagai kerangka hangus tak bernyawa, bangunan itu bahkan
sudah kehilangan atapnya. Seng yang disusun sambung-menyambung mengelilinginya
menjadi benteng yang menghalangi siapa pun. Tiada kaca yang utuh, meninggalkan
kosen-kosen jendela menampakkan langit atau dinding hitam. Terbingkai dahan-dahan
pohon yang selamat, ini bukan pemandangan yang kukira akan menyambutku. Aku pun
teringat api yang membakarnya dua pekan lalu.
Gedung C FISIP UI terbakar 7 Januari 2014 (catatan: saya tidak berkuliah di gedung itu) |
Salam Mak Melody. Saya dari FISIP UI juga nih, di sosiologi. Jadi kebakaran gedung C itu seperti setengah kiamat, terutama karena di lantai tiga tersimpan aneka "barang berharga" sosiologi, 3000 buku klasik sosiologi yang tak lagi mudah dicari. Silakan mampir dilaman saya, mak. Saya ada memposting tentang hal itu. Ditunggu di KU INGIN BERBAGI:http://wahidahrbulan.blogspot.com/2014/01/buku-buku-yang-terbakar.htm
ReplyDeletesaya turut berduka, mak :)
Deletebtw, saya kuliah di FIB, kebetulan tadi ke perpus lewat FISIP aja