Manakala
Palestina diserang oleh Israel dan membutuhkan bantuan, ada dua keramaian.
Pertama, sebagian orang menyerukan pengumpulan dana bantuan untuk Palestina.
Kedua, sebagian orang lain mempertanyakan
bantuan untuk saudara-saudara jauh seperti Palestina padahal ada banyak saudara
dekat—di Indonesia—yang memerlukannya. Pada serangan Israel kali ini, keramaian
kedua menyerukan ajakan yang spesifik: daripada Palestina, bantulah Papua!
Saya
berterima kasih sudah diingatkan untuk membantu Papua, sungguh. Tapi kalau saya
dianggap tidak peduli kepada saudara dekat atau dikira jarang, bahkan tidak
pernah, memberikan bantuan untuk negeri sendiri, ya saya sedih juga.
Setiap bulan
saya berusaha menyisihkan 125-150 ribu rupiah sebagai zakat profesi. Zakat
bulanan ini (alhamdulillah sekarang penghasilan saya bulanan) saya
titipkan lewat Dompet Dhuafa, tapi belakangan ini Ibu meminta saya membantu
anak-anak di kampungnya, jadi saya titipkan zakat saya kepada tante saya.
Untuk
bencana alam di Indonesia, saya memang tidak banyak/rutin membantu. Tapi tidak
berarti saya tidak pernah memberikan bantuan. Setidaknya, saya pernah membantu
korban banjir di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat awal tahun ini. Lagi-lagi
cuma dengan sedikit uang dan barang, bukan tenaga.
Berapa besar
bantuan saya untuk Palestina? Totalnya dalam setahun ini kalau tidak salah seratus
ribu rupiah (dua kali lima puluh ribu rupiah). Kira-kira
itu hanya sepersepuluh dari besar zakat saya untuk dalam negeri selama setahun
ini. Lantas ketika saya ikut keramaian pengumpulan dana bantuan untuk
Palestina, patutlah saya bersedih melihat teman-teman yang ikut keramaian “bantu
saudara dekat saja” seakan menyindir keramaian “ayo bantu para korban di Palestina”
termasuk saya?
Saya hanya
berpikir peduli kepada saudara-saudara di dalam negeri itu wajib (bulanan). Sebenarnya
saya juga tidak ingin menyebut bantuan saya untuk dalam negeri karena, sekali
lagi, itu zakat, itu wajib. Kalau saya tidak peduli kepada perintah agama dan
tidak peduli kepada saudara dekat, saya pakai saja uang itu untuk membeli
mainan atau komik.
Sayangnya,
sindiran semacam itu sudah sampai ke mata saya berkali-kali. Jadi saya rasa sudah waktunya
saya ajak teman-teman untuk berbaik sangka dulu. Kami yang membantu Palestina juga
peduli kepada saudara-saudara dekat. Kami sudah membantu yang dekat sebelum
membantu yang jauh.
Apabila
gugur semua pahala saya dari zakat setahun ini gara-gara tulisan ini, ya sudah,
saya ikhlas. Saya hanya berdoa agar atasan dan klien saya yang menjadi
perantara rezeki saya tetap mendapatkan pahala dari situ.
Bagaimanapun,
saya berterima kasih sudah diingatkan untuk membantu Papua. Saya biasa
menitipkan amal lewat Dompet Dhuafa karena mudah transfer uangnya. Jadi kalau
teman-teman tahu badan yang tepercaya dan cara yang praktis untuk memberikan
bantuan ke Papua (terutama transfer via rekening BCA), mohon beri
tahu saya. Kalau saya sudah tahu itu, Insya Allah setidaknya saya akan bantu
Papua sebesar bantuan saya untuk Palestina (dua kali lima puluh ribu rupiah).
Kenapa saya
tidak berencana membantu Papua secara bulanan? Yah, saya sudah tulis tadi Ibu
saya ingin zakat profesi saya disalurkan kepada anak-anak di kampungnya. Kenapa
saya tidak berencana membantu Papua secara lebih nyata dengan tenaga (misalnya, merintis
program bantuan)? Walaupun malu, saya akui saya hampir tidak
pernah memberikan amal tenaga untuk siapa-siapa. Amal harta memang jalan
termudah, jadi setidaknya mari kita berusaha membantu saudara-saudara kita di
mana pun lewat jalan termudah ini. Tentu saja, mari kita juga berdoa agar dunia
menjadi lebih baik bagi semua orang.
Saya jg sedih mak kalau denger yang begituan. Mungkin mereka ga tahu kalau orang indonesia banyak yg dermawan. entah itu ke saudara dekat ataupun jauh. Setahu saya, kalau untuk urusan membantu saudara dekat, di Solo dan sekitarnya ada program solo peduli, anggotanya ribuan orang, mendonasikan uang tiap bulan ke yayasan solo peduli untuk disalurkan ke orang yg membutuhkan. belum lagi di daerah2 lain jg banyak, seperti dompet duafa itu. jadi kita doakan aja orang yg suka teriak2 itu diberi kelimpahan rejeki biar bisa membantu saudara dekat dan jauh juga.
ReplyDeletebetul, Mak Nana, mari kita berbaik sangka dan berbaik doa ^^
DeleteAssalamu'alaikum, Melo. Sebagai teman yang cerewet, aku cuma mau bilang jangan pernah bilang ikhlas pahala sedekah habis. Allah tidak akan menyia2kan pahala org beriman. Justru kalo lu ngomong gt, kesannya meremehkan rahmat Allah dan meremehkan kondisi kekurangan pahala dan kelebihan dosa di hari akhir. Karena di hari akhir, seperti di Surah Abasa, kita yang mungkin di dunia ikhlas pahala kita diberikan pada orang2 yg kita sayangi, akan berlarian dari org2 yg kita sayangi itu (anak lari dari orang tua, suami lari dari istri, saudara lari dr saudaranya, dsb) saking dahsyatnya cobaan di hari kiamat.
ReplyDeleteInsya Allah kalau niat Melo menyebutkan soal sedekah Melo hanya untuk syiar pada orang2 yang tidak paham, pahala itu tidak akan hilang. Tapi di lain waktu sih lebih baik kita memang menyembunyikan sedekah. Selain menghindari riya', kita juga mengejar pahala yang berlimpah dengan dirahasiakannya dengan sedekah kita WALAUPUN orang2 menganggap kita tidak bersedekah apa2. Justru omongan2 buruk orang ini Insya Allah bisa menjadi hujjah berlipat gandanya balasan pahala sedekah kita di akhirat karena kita bersedekah dengan ikhlas tanpa peduli reaksi manusia terhadap sedekah kita (selama niat sudah ikhlas karena Allah azza wajalla dan cara sudah sesuai tuntunan Rasulullah solallaahu alaihi wasallam).
Tapi sejauh ini emang utk Muslim Papua, lembaga yg paling reliable emg Dompet Dhuafa. Bahkan masjid/pesantren sunnah di Papua tidak pernah mengumumkan mereka butuh donasi. Entah karena memang Allah telah mencukupkan rizqi mereka, entah mereka memang Muslim yg sangat baik yg memilih berusaha mencari rizqi sendiri dibanding merepotkan saudara2nya di luar Papua (martabat mereka tinggi). Apapun itu, yang jelas warga Muslim di Papua sendiri sudah menyumbangkan jutaan rupiah untuk Palestina. Ini menandakan keadaan Papua sebenarnya tidak seburuk yg disangka beberapa orang yang kurang paham itu. Bahkan mereka pun tergerak untuk membantu Palestina karena merasa penderitaan rakyat Palestina lebih berat daripada mereka.
Terima kasih, Rima, maaf temanmu ini kurang sabar T.T
Delete