“Icha… Kamu lihat adikmu tidak?” tanya Mama padaku. Beliau mondar-mandir di ruang keluarga kami yang cukup besar, mencari-cari Uta, adikku. Mama membawa sepotong handuk bergambar robot.
Uta pasti bersembunyi lagi karena tidak mau disuruh mandi, batinku.
“Nggak, Ma. Aku baru dari luar menangkap Si Bengkok. Mama sudah periksa di kamarnya?”
“Sudah! Di balik gorden tidak ada! Di dalam lemari baju juga tidak!”
“Kolong kasurnya sudah diperiksa, Ma?”
Mendengar kata-kataku itu, Mama langsung melesat ke kamar adikku di lantai atas. Tak lama kemudian terdengar suara Mama mengomel panjang-pendek sementara adikku memprotes keras tidak mau mandi.
Aku membuka kulkas dan mengambil seikat kangkung. Kuberikan kangkung itu pada si Bengkok dalam kandangnya di halaman rumah kami.
Si Bengkok adalah kelinci peliharaan kami. Bulunya belang hitam-putih. Telinganya panjang. Kalau sedang santai atau sedang menjilati kakinya yang basah, salah satu telinganya terkulai lemas seperti bengkok. Itulah sebabnya ia dipanggil Si Bengkok.
Si Bengkok dibeli tiga bulan yang lalu gara-gara Uta merengek-rengek pada Mama minta dibelikan bayi kelinci seperti teman sekolahnya. Karena Uta masih kecil, mau tak mau aku dan Mama yang merawat dan memberinya makan setiap hari.
Orang pada umumnya memelihara kelinci di dalam kandang saja. Lain halnya dengan kami. Si Bengkok kami pelihara seperti anak kucing saja. Siang hari ia bebas bermain di luar. Kalau perutnya lapar, kelinci kecil itu pulang. Ia akan membuntuti aku atau ibuku, minta makan. Selesai makan, ia main di luar lagi. Menjelang Maghrib, Si Bengkok kutangkap dan kumasukkan kembali ke dalam kandang.
Uta dan Si Bengkok memiliki kesamaan. Keduanya sama-sama susah disuruh pulang, ngambekan dan keras kepala.
Uta sering main sampai matahari terbenam. Sebelum bisa ditarik pulang, Mama harus kucing-kucingan dengannya dulu. Kalau disuruh mandi atau makan sayur, Uta akan bersembunyi. Apalagi kalau habis dimarahi, Uta akan diam merajuk di dalam kamarnya lama sekali.
Begitu pula dengan Si Bengkok. Ia tidak begitu saja mau pulang ke kandang. Aku harus mengejar-ngejarnya dulu sampai ia terpojok baru bisa menangkapnya. Kadang ia bersembunyi di parit, kadang di rumah kosong tidak jauh dari rumah kami. Bila keluarga kami hendak pergi atau langit mendung, Si Bengkok dimasukkan ke dalam kandang lebih awal dari biasanya. Kalau sudah begitu, Si Bengkok ngambek tidak mau makan, sebanyak apapun kangkung segar yang kuberikan padanya.
Esok harinya, aku baru pulang sekolah saat Mama memberitahuku dengan panik, “Icha, adikmu hilang! Tadi siang Mama marahi karena memecahkan gelas lalu ia masuk ke dalam kamar. Waktu Mama masuk lagi, adikmu sudah tidak ada! Mama sudah mencarinya ke mana-mana tapi tidak ketemu juga!”
“Di rumah nggak ada?”
“Tidak! Sudah Mama cari di balik kursi, di balik gorden, di dalam lemari, di kolong kasur, tidak ada juga!”
“Di luar? Di lapangan atau di rumah temannya?”
“Mama sudah ke lapangan, sudah menelpon semua teman-temannya… Adikmu tidak ada di mana-mana! Uta… Uta… ke mana kamu, Nak?” kata Mama kalut.
Aku mencoba untuk tetap tenang dan berpikir kira-kira di mana Uta akan bersembunyi. Kalau aku jadi Uta… aku akan bersembunyi di tempat yang tidak akan ketahuan oleh Mama. Tempat yang jarang didatangi orang.
Tuing!
Tiba-tiba aku teringat akan Si Bengkok. Siapa tahu Uta menguntit Si Bengkok yang suka bersembunyi di rumah kosong.
Aku segera mengajak Mama ke rumah kosong itu. Rumah itu hanya berjarak dua rumah dari rumah kami. Ia sudah lama diabaikan oleh pemiliknya. Pintunya terbuka, lantai dan perabot rusak di dalamnya penuh debu. Si Bengkok sering berteduh di sana.
Ternyata dugaanku benar. Uta dan Si Bengkok memang bersembunyi di dalam rumah kosong itu. Uta duduk di pojokan, cemberut sambil mengelus-elus Si Bengkok.
Ah, aku tersenyum geli, tambah lagi satu kesamaan antara adikku dengan Si Bengkok. Mereka bersembunyi di tempat yang sama!
NB Salam buat adik dan kelinci-kelinciku yang lucu…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Labels
life
(37)
hobby
(22)
movie
(21)
review
(20)
GRE
(16)
poem
(12)
study
(12)
work
(11)
game
(8)
social
(8)
translation
(7)
business
(6)
dream
(6)
economy
(6)
novel
(6)
music
(5)
Facebook
(3)
friendship
(3)
linguistics
(3)
manga
(3)
marketing
(3)
self-actualization
(3)
IELTS
(2)
language
(2)
money
(2)
culture
(1)
gender
(1)
leadership
(1)
literature
(1)
name
(1)
peace
(1)
No comments:
Post a Comment
Please add your comment here. Thank you ^^