Oh, leave her, Johnny, leave her! For the voyage is long and the winds don't blow, and it's time for us to leave her! -Leave Her, Johnny (lagu klasik, OST Assassin's Creed: Black Flag)
Assassin's Creed (serial video game yang beberapa novel adaptasinya sudah saya terjemahkan) mengambil latar dunia bajak laut untuk video game yang diluncurkan bulan lalu. Hal ini mengingatkan saya bahwa saya belum mengunjungi Museum Bahari, apalagi Pelabuhan Sunda Kelapa. Maka saya /coret/menculik/coret/ mengajak teman saya yang menggemari Assassin's Creed juga untuk berkunjung ke sana.
Di sekeliling Monas sedang dibangun relief sejarah Indonesia. |
Jam setengah sembilan pagi saya bertemu teman saya di Stasiun Gambir (dia dari Bandung). Karena kami berdua belum pernah ke Museum Nasional, kami memang sudah memasukkan Monas ke dalam daftar objek kunjungan kami hari ini.
Bagian dalam Monas |
Mungkin harapan saya terlalu tinggi bagi Monas. Ternyata isinya diorama sejarah Indonesia seperti yang sudah saya pelajari di bangku sekolah. Diorama di Monas mirip diorama di Museum PKI, tapi ceritanya tidak seterperinci Museum PKI karena topiknya umum. Di lantai atas ada Ruang Kemerdekaan yang berisi amfiteater dengan penerangan buruk. Pada dinding tengah (yang menjulang ke atas menjadi lingga Monas) Ruang Kemerdekaan ini ada pernyataan kemerdekaan Indonesia, peta Indonesia, Garuda Pancasila, dan pintu berlapis emas. Kami juga sempat menikmati pemandangan Jakarta Pusat dari Cawan (bagian yoni Monas).
Peta dari emas di Ruang Kemerdekaan, Monas |
Selesai menjelajahi Monas, kami berjalan kaki ke Stasiun Juanda untuk pergi ke Stasiun Kota. Dari situ kami masuk ke gorong-gorong untuk keluar di depan Museum Bank Mandiri dan berjalan kaki sedikit ke Taman Fatahillah. Sayangnya, Museum Fatahillah sedang dipugar dan tidak bisa dimasuki pelancong. Jadi kami shalat dan masuk ke Museum Wayang. Saya sudah ke situ tahun lalu, jadi kami tidak berlama-lama. Pada hari itu Museum Wayang terlalu ramai dan banyak orang berfoto-foto, agak mengurangi kenyamanan mengamati aneka boneka pajangan.
Selesai makan siang di kantin di dekat Museum Wayang, kami berangkat ke Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan dengan angkot M15. Tiket wisata Museum Bahari bisa diperoleh di Menara Tua Syahbandar. Itu menara sederhana, tapi dari lantai paling atas menara kita bisa melihat Pelabuhan Sunda Kelapa yang berada tak jauh dari situ.
Menara Tua Syahbandar memang kosong. |
Saya agak sedih sewaktu kami tiba di Museum Bahari dan pegawai di situ berkata bahwa dua dari tiga gedung di situ sedang direnovasi. Tapi rupanya gedung pertama yang bisa dijelajahi pun cukup luas (atau saya memang sudah lelah berjalan-jalan seharian). Kami melihat-lihat berbagai miniatur kapal dan beberapa alat kapal asli yang dipajang di lantai satu dan dua. Replika kesukaan saya adalah Perahu Lancang Kuning milik putri Kerajaan Siak Sri Indra Pura. Saya juga mau punya perahu cantik begitu :p.
Perahu Lancang Kuning |
Sebenarnya ada pemandu yang bisa disewa seharga Rp35.000,00 tapi saya malas karena sudah ada banyak poster yang menjelaskan seluk-beluk kapal/perahu, pelabuhan, dan lain-lain sehubungan dengan perairan Indonesia. Lagi pula teman yang saya ajak cukup tahu banyak soal kapal. Jadi saya sudah membawa pemandu sendiri. :))
Lantai kedua berisi patung-patung model para tokoh sejarah yang pelaut (seperti laksamana Zheng He). Dari sini saya baru tahu tentang Laksamana Keumalahayati, laksamana wanita pertama di dunia. Sebagai putri bangsawan Kerajaan Aceh, Keumalahayati dapat memilih pendidikan apa saja yang diinginkannya, sekalipun itu jurusan Angkatan Laut di Akademi Militer. Suaminya (laki-laki pilihannya sendiri, bukan hasil perjodohan orangtua mereka) gugur dalam perang melawan Portugis. Keumalahayati murka dan mengajak teman-teman senasibnya (para janda) untuk membentuk Armada Inong Balee. Kalau saya lahir 500-an tahun lalu, daripada Eropa, saya lebih ingin lahir di Aceh dan bersekolah bersama wanita ini. :">
Laksamana Keumalahayati |
Selesai menjelajahi lantai dua, saya melihat ada tangga ke atas saat hendak turun ke lantai pertama. Penasaran, saya naik saja ke lantai tiga (loteng). Untunglah saya naik dan menjelajahi ruangan-ruangannya; cukup banyak koleksi yang sudah diatur di lantai tiga tapi belum siap dipamerkan. Rasanya seperti mendapatkan bonus.
Salah satu pajangan di loteng, kesukaan teman saya |
Kembali ke lantai pertama, saya bertanya kepada pegawai soal kapan renovasi selesai dan apa saja pameran di gedung kedua dan ketiga nanti. Di gedung kedua (Gedung B) akan dipamerkan biota laut dan ada pemutaran film-film dokumenter tentang laut/perairan Indonesia. Replika kapal dengan skala 1:1 akan dipamerkan di gedung ketiga (Gedung C). Sayangnya, renovasi yang semestinya sudah selesai malah belum jelas kapan selesainya (tahun depan, entah kapan tahun depannya). Saya jadi ingin tahun depan ke sana lagi bersama adik-adik dan menculik teman kami yang ilmuwan kelautan (a real-life "mad scientist", as he himself said).
Di atas dinding benteng Museum Bahari |
Kami sudah keluar, tapi saya mendongak dan melihat ada teras di atas dan tangganya ada di dekat pintu. Jadi kami masuk lagi karena saya mau naik ke teras. Lumayan asik lho menyusuri jalan (di atas dinding benteng) yang menghubungkan dua teras di atas. Di teras ada pintu yang menghubungkannya dengan lantai dua, tapi pintu itu tidak bisa dibuka.
Pelabuhan Sunda Kelapa |
Sudah puas main di teras, kami berjalan kaki ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Saya kira kami bisa melihat macam-macam di situ. Tapi Sunda Kelapa adalah pelabuhan ramai; kendaraan-kendaraan besar hilir-mudik di sana untuk bongkar-muat barang dari kapal-kapal. Turis hanya boleh masuk sedikit. Seorang kakek menawarkan sampannya untuk membawa kami berkeliling pelabuhan. Melihat sampannya yang kecil, kami takut terendam atau terguling, jadi kami berbalik saja. ^^;
Bermain Combo Arena |
Jam lima sore kami sudah berada di Stasiun Kota lagi untuk menghabiskan waktu di salah satu restoran cepat saji. Dua teman saya datang sejam kemudian; satu orang akan pulang ke Bandung bersama teman wisata saya kali ini, satu orang lagi akan pulang bersama saya ke arah Bogor. Sampai jam 8 malam kami bermain Combo Card, lalu menaiki kereta masing-masing.
maksusnya Game Asassin Creed terinpirasi dari sunda kelapa atau gimana ya? terus sepertinya keren kalau Valeria bikin Game terinspirasi dari Keumalahayati...
ReplyDelete1. maksud saya, game itu membuat saya ingin melihat2 perahu dan kapal (jadi ke museum bahari dan pelabuhan terdekat)
Delete2. Valeria itu apa ya? ;)
terima kasih mas Ahmed sudah mampir ke blog saya :)
Delete