“Wuuuuus! Jeng jeng jeng!”
Semua boneka di kamar Alia-Tania tercekat mendengar suara itu. Beberapa boneka bahkan memberanikan diri melirik. Padahal, tahulah mereka bahwa boneka tak sepatutnya bergerak sedikit pun ketika ada manusia di kamar. Manusia yang tidak sedang tidur, tentu saja.
Sosok itu pun melesat di depan rumah boneka. Dia diangkat tinggi-tinggi oleh pemiliknya. Jubah merah terang mengepak di belakang kostum biru yang melekat ke badan kekar. Ketika wajahnya mengarah ke rumah boneka, sosok itu mengilatkan senyum secemerlang gagang pintu.
Nada melihat senyum itu dari sudut mata plastiknya, tapi ia tidak berani berharap senyum itu ditujukan kepadanya. Senyum itu pasti untuk geng boneka modis. Atau Britney. Mereka tinggal satu lantai di atas dapur tempat tinggal Nada bersama Ibu Kartini.
“Aaaaa! Bang Yoyo!”
“Jangan masuk ke sini!”
Alia dan Tania, pemilik kamar sekaligus semua boneka yang berada di dalam sini, menjerit-jerit. Seperti biasa, Yoyo tidak menggubris mereka. Bonekanya yang berjubah merah masih diangkat tinggi-tinggi, tapi kali ini diam pada posisi berdiri. Tangan Yoyo yang satu lagi disembunyikan di balik punggung.
“Superman punya pendengaran super. Dari planet Mars, dia bisa mendengar ada monster yang mengacau di sini,” Yoyo melemparkan sesuatu yang tadi disembunyikannya ke rumah boneka. “Ada Hulk! Hulk membawa penyakit menular. Kalau ada yang disentuh Hulk, besok warna kulitnya hijau juga. Superman harus menyelamatkan mereka!”
Alia-Tania menjerit-jerit lagi. Nada dan lain-lain juga ingin menjerit, tapi apa daya. Mereka hanya bisa mengepalkan tangan erat-erat. Semua berdoa semoga warna kulit mereka tidak akan benar-benar berubah menjadi hijau. Alia melempari Yoyo dengan bantal, tapi kakak dari si kembar Alia-Tania itu cuma berkelit.
“Dies-dies-duak!” Yoyo melancarkan serangan membabi-buta kepada Hulk dengan boneka Superman di tangannya. Serangan itu begitu hebat sampai-sampai Hulk jatuh ke lantai, di samping dapur. Nada melirik Hulk. Warna kulitnya benar-benar HIJAU. Nada bergidik. Ibu Kartini yang duduk di seberang Nada tidak menunjukkan reaksi sedikit pun. Ibu Kartini memang profesional, pikir Nada.
Yoyo berjongkok mengambil Hulk. “Hulk masih bisa berdiri. Hulk memang kuat!”
Tania turun dari ranjang kanopinya dan mengentakkan kaki di depan kakaknya sambil berkata, “Pergi. Pergi!” Sementara itu, Alia tetap di ranjang, kehabisan bantal untuk dilempar tapi tidak sampai hati menggunakan boneka kapas kelinci di pelukannya sebagai senjata.
“Hulk mencari sandera.” Yoyo menggerakkan Hulk ke dalam dapur, dan merenggut Nada. Dada Nada terasa sesak ketika tangan-tangan hijau Hulk merengkuhnya. Hulk pun menggendongnya ke balkon di tingkat paling atas rumah boneka. Biasanya ada Pangeran Stefan dan Rapunzel di situ, tapi semalam Alia-Tania memindahkan mereka untuk menonton konser Britney.
Setengah mati Nada menahan diri untuk tidak lari. Tapi bagaimana ini? Bagaimana kalau besok kulit Nada menjadi hijau? Mungkin nanti malam muncul bintik-bintik hijau dulu? Kalau boneka bisa berkeringat, pasti sekarang Nada sudah berkeringat dingin.
“Maaf.”
Nada nyaris menoleh saat mendengar kata itu di telinganya yang mungil. Sesaat kemudian, Superman menerjang Hulk. Boneka hijau itu lagi-lagi jatuh ke lantai, tapi kali ini dari tempat yang paling tinggi. Nada sendiri terhuyung-huyung. Saat belakang kaki Nada mengenai pagar balkon, Nada pun jatuh dengan kepala lebih dulu. Tubuhnya mengarungi udara, pinggiran rok panjang cokelatnya berkibar.
Selama empat belas bulan hidupnya sebagai boneka, Nada tidak pernah dianggap menarik. Cantik? Semua boneka cantik. Menariklah yang penting, yang akan membuatmu dilirik. Kalau kepala Nada rusak gara-gara menghantam lantai hari ini... jangankan menarik, sudah untung kalau Nada tidak dibuang. Siapa yang mau menyimpan boneka gadis buruk rupa?
Tania melompat sambil mengulurkan tangan. Anak perempuan yang lebih tua di antara si kembar itu berusaha menangkap Nada, tapi gagal.
Nada ingin memejamkan mata. Ia tidak tahan membayangkan sakitnya jatuh dari tempat yang begitu tinggi. Kalau kepalanya sampai rusak sedikit dan Nada tidak dibuang, semoga Alia-Tania berinisiatif memakaikan kerudung lamanya lagi.
Lantai putih itu sudah begitu dekat. Dua tinggi boneka lagi dan...
Buk.
Empuk. Muka Nada terbenam dalam sesuatu yang putih, tapi tidak pejal seperti lantai keramik yang siap menyambutnya tadi.
Ketiga manusia kakak-beradik itu ribut lagi. Nada tidak dapat memahami kata-kata mereka. Ia hanya ingin diangkat dari sini. Ia ingin kembali ke dapurnya lagi. Ibu Kartini akan memberi tahu apakah wajah dan kepala Nada baik-baik saja.
Ada tangan manusia mengangkatnya. Alia.
“Oh... Kasian Nada,” bisik Alia. Anak perempuan itu merapikan rambut Nada lalu membungkuk, memungut sesuatu yang putih tadi. Rupanya boneka kapas kelinci.
“Bang Yoyo jahat! Jangan berantem-beranteman di sini lagi!” Tania mendorong kakak laki-lakinya keluar kamar.
“Superman berhasil mengusir Hulk dari Kota Boneka. Tapi satu boneka sudah tertular. Hahahaha!” Yoyo menggerak-gerakkan Hulk naik-turun di udara, seperti sedang tertawa. Dalam pelukan Alia, Nada bertemu mata dengan Hulk.
Maaf.
Tadi Hulk mengatakan itu kepada Nada.
Mungkin Hulk sebenarnya tidak jahat.
Tapi itu tidak berarti kulit hijaunya pasti tidak menular.
Depok, April 2011
No comments:
Post a Comment
Please add your comment here. Thank you ^^