Friday, July 24, 2009

Travian: Miniatur Dunia Nyata

When I’m playing Travian,
I know that
I’m wasting my money,
I’m wasting my time,
but I’m not wasting my life…


1. Video game sudah lama dianggap sebagai perusak generasi muda. Berbagai macam sisi negatifnya telah diteliti dan disampaikan kepada para orang tua. Para dewasa muda pun tidak luput dari wanti-wanti ini karena tidak sedikit di antara mereka yang masih sering bermain video game. Sayangnya, hanya sedikit orang yang mampu melihat sisi positif dari bermain video game. Bahkan, para pemain umumnya dan pencandu khususnya hanya membiarkan diri mereka larut di dalam permainan. Mereka tidak menganggap permainan itu sebagai bagian dari pengalaman hidup yang dapat diambil hikmahnya.




Saya adalah seorang penikmat video game. Jika saya tidak mengontrol keinginan saya, saya dapat dengan mudah menjadi pencandu video game. Saya suka bermain video game sejak SD sampai sekarang (baru lulus S1). Ada masa-masa saya bermain video game selama 8 jam/hari. Ada pula masa-masa saya tidak bermain video game sama sekali selama beberapa bulan.

Sejak SD saya sudah tahu bahwa bermain video game dapat berdampak negatif, yaitu merusak mata dan menghabiskan waktu yang dapat digunakan untuk belajar. Namun, saya tetap bermain video game dengan alasan memperlancar bahasa Inggris. Prestasi saya di sekolah tetap baik. Mungkin prestasi saya bisa lebih baik lagi kalau saya tidak bermain video game sama sekali, tetapi saya juga tidak yakin apakah perbedaannya cukup signifikan.

Pada tahun pertama kuliah S1, saya membuat tulisan tentang dampak positif dan negatif dari bermain video game pada remaja. Kesimpulannya adalah memang dampak negatif lebih dominan. Tapi dampak positif bisa mendominasi jika remaja hanya menghabiskan 6-9 jam/minggu untuk bermain video game. Selain itu, jenis permainan yang dipilih juga harus lepas dari unsur seksual dan hanya mengandung unsur kekerasan seminimal mungkin (sangat sulit mencari video game yang 100% lepas dari unsur kekerasan).

Dengan bekal pengetahuan yang mumpuni tentang sisi positif dan negatif dari bermain video game, saya memutuskan untuk tetap bermain. Perkembangan teknologi informasi masa kini juga mendorong pertumbuhan online video game. Permainan-permainan jenis ini bukan hanya permainan lepas dan individual, melainkan juga permainan berkesinambungan dan komunal.



2. Salah satu online video game yang cukup marak dimainkan setahun belakangan ini di Indonesia adalah Travian. Permainan ini mempunyai sekitar 17.000 pemain aktif dalam 5 server. Setiap pemain harus bermain setiap hari untuk mengembangkan dirinya dan hubungannya dengna para pemain lain.

Setiap negara, termasuk Indonesia, mempunyai situs tersendiri yang terdiri dari beberapa server. Seorang pemain mendaftar dalam salah satu server, membuat akun, dan mulai bermain. Alamat e-mail maupun identitas pemain selalu aman selama pemain itu sendiri tidak memberi tahu pemain lain.

Setiap pemain diberikan sebuah desa (yang menurut saya lebih cocok disebut negara kota). Tugas pemain adalah membangun desanya sampai besar, kemudian membuat desa-desa baru. Salah satu desa itu menjadi ibukota. Dengan demikian, pemain bagaikan seorang pemimpin negara yang mengatur berbagai macam aspek kehidupan desa-desanya.

Kedengarannya sederhana dan mudah. Pendapat itu akan langsung berubah begitu mengetahui bahwa setiap desa dapat mempunyai tentara. Sebuah desa dapat tumbuh pesat dengan merampok, menyerang, bahkan menghancurkan desa-desa tetangganya.
Lebih rumit lagi, para pemain dapat membentuk aliansi. Biasanya aliansi bersifat teritorial, misalnya khusus tenggara atau barat daya. Setiap aliansi juga mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Ada yang ingin menjadi penguasa wilayahnya, hanya berdagang, atau sekadar bersama-sama berusaha bertahan hidup dari penindasan yang dilakukan oleh aliansi-aliansi besar.

Di dalam aliansi juga terdapat pemerintahan. Jabatan-jabatan yang umum adalah ketua, jendral perang, mentri luar negeri/diplomat, dan mentri dalam negeri. Para pejabat ini bertugas mengatur kebutuhan anggota-anggotanya yang dapat berjumlah hingga 60 pemain. Apabila melanggar aturan yang telah ditentukan oleh aliansi, pemain bisa dicopot jabatannya atau dikeluarkan dari aliansi (kadang-kadang juga dihancurkan beramai-ramai).

Sebuah aliansi dapat bersekutu dengan aliansi-aliansi lainnya. Hal ini sangat berguna untuk menciptakan suasana damai. Dengan demikian, para anggota aliansi-aliansi tersebut bisa berkembang tanpa khawatir dimangsa. Sebuah aliansi juga bisa mempunyai sayap (wing), yaitu aliansi bawahan atau cabang. Aliansi-aliansi yang lebih kecil dapat melebur (merger) menjadi satu aliansi besar. Dua aliansi yang sedang berperang juga dapat berunding dan bersepakat untuk mengadakan gencatan senjata.

Tujuan akhir dari Travian adalah mengalahkan bangsa Natar yang datang 300 hari setelah server dibuka (100 hari pada speed server). Aliansi-aliansi besar atau aliansi-aliansi kecil yang bersatu akan berebut mengalahkan bangsa Natar untuk mengambil harta karun. Untuk memenangkan permainan, harta karun tersebut harus ditingkatkan sampai tingkat tertentu. Tentu saja selama proses menaikkannya, harta karun bisa dicuri oleh pemain lain. Dengan kata lain, perang tak pernah usai.


3. Saya menganggap permainan ini sebagai salah satu tempat mencari teman. Pemain-pemain lain (mayoritas memang laki-laki) menikmati permainan ini sebagai pelampiasan fantasi mereka tentang perang, penjajahan, penindasan, dan kekuasaan.
Setelah berbulan-bulan bermain Travian, saya menyadari bahwa permainan ini benar-benar nyata. Dunia Travian adalah miniatur dunia kita yang sebenarnya. Aa awalnya, saya juga terkejut menyadari hal ini—ada banyak hal tentang dunia kita yang dapat dipelajari melalui Travian. Para pemain bahkan dapat menjadikan dunia Travian sebagai tempat latihan untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya.

Seorang pemain dari Kanada pernah berkata pada saya bahwa dia senang bermain Travian karena bisa melatih kemampuan diplomasinya. Dia belajar untuk menjadi pemimpin dan mewakili aliansinya untuk berkomunikasi dengan aliansi-aliansi lainnya. Dia juga mempelajari cara bernegosiasi dan membuat kesepakatan dengan para pemimpin aliansi-aliansi yang lebih besar untuk menghindari perang dan “pertumpahan darah”.

Pemain lain dari Indonesia berkata bahwa dia belajar manajemen melalui Travian. Dia belajar mengatur prioritas berdasarkan situasi dan kondisi yang berlaku. Ada juga yang mengatakan bahwa dia belajar berorganiasi melalui Travian. Kepemimpinan juga dapat dipelajari oleh pemain yang mempunyai jabatan di aliansinya. Pemimpin yang baik dan bertanggung jawab dapat membawa aliansinya terus maju melewati aliansi-aliansi lainnya. Sebaliknya, pemimpin yang buruk hanya akan membawa aliansinya kepada kehancuran.

Hal terpenting yang saya pelajari dari Travian adalah komunikasi internal. Dalam sebuah aliansi, harus ada seseorang yang secara rutin memberi semgant dan informasi tentang situasi terkini pada setiap anggota. Ketika bermain di server Indonesia, saya menjadi sekretaris sebuah aliansi dan menerapkan hal tersebut. Aliansi kami terus menguat dan, yang terpenting, hubungan antaranggotanya sangat baik.
Tentu saja ada banyak hal pahit yang dapat ditemukan dalam Travian. Mata-mata dan pengkhianat ada di mana-mana. Kawan dapat berubah menjadi lawan dalam sekejap. Peperangan dan penindasan dapat berujung pada kehancuran total pihak yang kalah.

Setelah bermain Travian, saya memandang sejarah dunia dengan cara yang berbeda. Dalam Travian, keagresifan dan kelihaian merupakan kunci kemenangan. Saya melihat hal ini serupa dengan penjajahan yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa terhadap Asia dan Afrika. Siapa yang lebih dulu membangun persenjataan dan melakukan penyerangan, dialah yang berkuasa. Uni Sovyet yang bermuka dua pada akhir Perang Dunia II juga dapat ditemukan di Travian. Adanya perjanjian di belakang perjanjian—siapa yang tahu? Segala cara dilakukan demi keuntungan pribadi.

Kini saya pesimis mendengar janji-janji dari negara-negara yang lebih maju dan lebih kuat untuk menjaga perdamaian dunia dan bersama-sama membangun dunia yang lebih baik. Dalam Travian, aliansi besar TIDAK PEDULI pada aliansi kecil. Pemain besar tidak segan-segan melumat tetangga-tetangganya yang lebih kecil.

Travian memang hanya sebuah permainan, tetapi pemainnya manusia bukan? Manusia yang hidup di dunia nyata akan membawa “kenyataan” tersebut ke dalam permainan. Ingatlah juga bahwa dunia ini hanyalah panggung sandiwara. Saya memang memakai topeng ketika bermain Travian, tetapi topeng-topeng yang saya pakai di dunia nyata lebih rumit lagi. Menurut saya, justru sisi sebenarnya dari seseorang baru tampak ketika dia bermain Travian. Mengapa? Karena image yang dia kenakan dalam Travian tidak akan dibawanya seumur hidup. Jadi, dia tidak perlu takut menjadi jujur.

Berdasarkan hal-hal tersebut, saya melihat setiap negara sebagai seorang pemain yang menginginkan kemenangan. Jika ingin bertahan hidup, kita harus memikirkan diri sendiri terlebih dahulu. Orang lain berkata manis kepada kita demi kebaikan dirinya sendiri. Perjanjian berat sebelah dipoles sedemikian rupa menjadi “bantuan”. Setiap hal yang dilakukan oleh orang lain, setiap tawaran dan permintaan yang kita temui, setiap keputusan yang diambil oleh pemimpin kita, dan apa pun yang terjadi di sekeliling kita harus disikapi dengan hati-hati.

Itulah bagaimana Travian telah mengajari saya tentang kehidupan.

No comments:

Post a Comment

Please add your comment here. Thank you ^^

Labels

life (37) hobby (22) movie (21) review (20) GRE (16) poem (12) study (12) work (11) game (8) social (8) translation (7) business (6) dream (6) economy (6) novel (6) music (5) Facebook (3) friendship (3) linguistics (3) manga (3) marketing (3) self-actualization (3) IELTS (2) language (2) money (2) culture (1) gender (1) leadership (1) literature (1) name (1) peace (1)