Collect the Eggs: Lebih Gemesin daripada Candy Crush

Bisa jadi kita sebal melihat anak atau adik yang terlalu banyak menghabiskan waktunya untuk bermain game. Sesekali tidak apa-apa, tapi sepanjang waktu luang? Mengapa tidak mengambil hobi yang lebih banyak membuat sesuatu daripada menikmati karya orang lain terus-menerus? Lantas bagaimana dengan membuat game?

Selain di universitas, pembuatan game diajarkan di SMK TI. Dua siswa dari SMK TI Medan, Dimas Saputra dan Auliah Arningsih, membuat game puzzle berjudul Collect The Eggs. Mereka sedang mengikutsertakan game ini ke GAT Festival yang diadakan oleh Binus. Karya-karya semacam ini dapat kita tunjukkan kepada anak atau adik kita untuk mendorong mereka agar turut berkarya.

Sekilas game ini terlihat terlalu sederhana. Kita harus membantu seekor ayam mengumpulkan telur-telur yang terjebak di antara kotak-kotak. Kita bisa menghapus kotak-kotak itu agar ayam bisa turun, tapi kita harus mendapatkan semua telur sebelum ayam jatuh ke tanah.

Di luar dugaan, balok dan telur tidak stabil. Hal ini yang membuat Collect The Eggs lebih menggemaskan daripada Candy Crush. Tapi pernah saya belum sempat menekan apa-apa, ayamnya jatuh sendiri mengenai telur-telur hingga menang. ^^'

Setiap 9 level, ada kendala baru bagi ayam, misalnya kayu hitam yang tidak bisa dihilangkan. Bentuk ayam juga berubah per 9 level, membuat kita harus semakin berhati-hati menentukan waktu untuk menghilangkan kotak. Permainan pun menjadi semakin menantang (saya belum tembus dari level 24 Collect The Eggs!).

Satu hal yang menyenangkan dari Collect The Eggs adalah tidak adanya iklan dan item yang harus dibeli untuk mempermudah permainan. Saya lelah bermain Candy Crush karena semakin tinggi levelnya, semakin sulit puzzlenya, dan semakin saya merasa perlu membeli permen untuk mempermudah permainan.


Collect The Eggs bisa dimainkan di smartphone dan diunduh secara gratis di Google Play (klik di sini).