Monday, December 9, 2013

Frozen: Membebaskan Diri dari Rasa Takut

Kata kunci: dongeng, putri raja, salju, keluarga
Penonton: semua umur (anak di bawah 13 tahun perlu pengawasan orangtua)
Konten kekerasan: perkelahian dengan senjata tapi tanpa darah
Konten seksual: satu adegan ciuman sebentar



Frozen 
adalah film animasi Walt Disney Pictures terbaru yang diadaptasi secara bebas dari novel Snow Queen karya Hans Christian Andersen. Alkisah Kerajaan Arendelle terjerat salju pada musim panas akibat terwujudnya sebuah ramalan. Demi rakyatnya yang kedinginan, Putri Anne pergi ke gunung untuk menemui Ratu Salju yang diharapkannya bisa menghilangkan salju yang tidak pada masanya ini. Dalam perjalanan, Anne bertemu dan dibantu oleh Kristoff, seorang penjual balok es yang terancam kehilangan sumber nafkahnya apabila salju tidak mencair. Bencana ini menyingkap rahasia yang sudah lama disimpan oleh keluarga kerajaan dan hanya diketahui oleh Sang Ratu Salju.



Trailer Frozen



Saya tidak mau membocorkan isi ceritanya. Saya lebih suka menceritakan apa yang saya rasakan saat menontonnya. Sebenarnya saya tidak berminat menonton film ini karena, saya lihat pada poster-poster yang beredar, desain karakternya tidak menarik secara visual dan terbukti memang kepribadian mereka biasa saja. Tapi saya harus menontonnya demi pekerjaan saya. Jadi saya pergi juga ke bioskop Platinum.

Saya sudah lega ketika tidak ada binatang yang bisa bicara atau manusia lain yang sok melucu seperti Timon dan Pumba di Lion King (bosan, terlalu sering ada karakter banyol seperti mereka), lalu muncul juga makhluk lain yang dipaksakan melucu.

Ceritanya utuh, berkelindan, dan cenderung sedih; saya suka. Frozen menampilkan masa bahagia tokoh-tokohnya sebelum menghancurkan mereka dengan tragedi. Sayangnya, beberapa nyanyian dalam film ini terlalu panjang (bagi saya) sehingga saya bosan (ayo sih lanjutin aja ceritanya daripada nyanyi melulu). Tapi lagu-lagunya bagus kok, terutama Let It Go yang dinyanyikan oleh Demi Lovato.



Tokoh kesukaan saya adalah sang Ratu Salju; mungkin karena saya merasa paling bisa berempati kepadanya. Perasaannya menjadi penentu jalan cerita film. Dari tokoh ini, penonton (terutama anak-anak) bisa belajar bahwa kita bisa mengatasi masalah kita setelah membebaskan diri dari perasaan takut.





Satu hal yang saya khawatirkan dari dongeng-dongeng anak perempuan adalah kisah cintanya. Apa yang diajarkan oleh dongeng-dongeng ini tentang cinta kepada anak-anak perempuan yang masih lugu dan cenderung memercayai setiap hal indah yang ditampilkan di depan mereka? Film Brave masih menjadi kesukaan saya karena tidak berakhir dengan keputusan cinta yang tergesa-gesa. Untunglah Frozen mengajarkan satu hal baik soal percintaan: jangan terlalu percaya kepada orang yang langsung menarik hatimu.



Dari segi animasi, Frozen memanjakan mata kita dengan adegan-adegan memukau. Sayang sekali saya hanya menonton Frozen 2D karena Platinum sudah mengganti studio yang seminggu lalu memutar Frozen 3D dengan film lain. Saya malas memberi nilai kepada bacaan atau tontonan saya, jadi cukup saya sebut film ini lumayan menghibur saya ya.

No comments:

Post a Comment

Please add your comment here. Thank you ^^

Labels

life (37) hobby (22) movie (21) review (20) GRE (16) poem (12) study (12) work (11) game (8) social (8) translation (7) business (6) dream (6) economy (6) novel (6) music (5) Facebook (3) friendship (3) linguistics (3) manga (3) marketing (3) self-actualization (3) IELTS (2) language (2) money (2) culture (1) gender (1) leadership (1) literature (1) name (1) peace (1)